Serat
optik adalah merupakan saluran transmisi atau sejenis kabel yang
terbuat dari kaca atau
plastik
yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal cahaya
dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini berdiameter lebih
kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar
karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara,
karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat
optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.
Perkembangan
teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan
(attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth)
yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak
dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan demikian
serat optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi.
Pada prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang
merambat didalamnya. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari
bahan penyusun gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya
yang diserap oleh serat optik.
Sejarah
Penggunaan
cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman
dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali
eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang bernama serat optik.
Percobaan ini juga masih tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai
tidak bisa langsung dimanfaatkan, namun harus melalui perkembangan dan
penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para
ilmuawan Inggris
pada tahun 1958 mengusulkan prototipe
serat optik yang sampai sekarang dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti
yang dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an perubahan
fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat
jenis serat optik yang mampu mentransmisikan gambar. Di lain pihak para ilmuwan
selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas (serat optik) namun juga
mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras itupun berhasil ketika sekitar
1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah frekuensi tampak sekitar
1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi gelombang mikro.
Pada
awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan.
Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser
juga belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya
gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran
laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan
simpangan jarak hingga hitungan meter. Sekitar tahun 60-an ditemukan serat
optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari 1 bagian dalam sejuta. Dalam
bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat bening dan tidak menghantar
listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon, seandainya air laut itu
semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup mata normal akan dapat menonton
lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik. Seperti halnya laser, serat
optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal. Sebagaimana medium
transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968 atau berselang dua
tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya,
tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalam
teknologi material, serat optik mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain.
Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.
Penggunaan
cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman
dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali
eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang bernama serat optik.
Percobaan ini juga masih tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai
tidak bisa langsung dimanfaatkan, namun harus melalui perkembangan dan
penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para
ilmuawan Inggris
pada tahun 1958 mengusulkan prototipe
serat optik yang sampai sekarang dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti
yang dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an perubahan
fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat
jenis serat optik yang mampu mentransmisikan gambar. Di lain pihak para ilmuwan
selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas (serat optik) namun juga
mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras itupun berhasil ketika sekitar
1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah frekuensi tampak sekitar
1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi gelombang mikro. Pada
awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan.
Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser
juga belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya
gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran
laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan
simpangan jarak hingga hitungan meter.
Sekitar
tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari
1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat
bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon,
seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup mata
normal akan dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik. Seperti
halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal.
Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968
atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan
menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km.
Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik mengalami pemurnian,
dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat
di bawah 1 dB/km.
Proses
pengendapan uap kimia untuk memodifikasi serat optic
A. Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)
Berdasarkan penggunaannya maka SKSO dibagi atas beberapa generasi yaitu :
1. Generasi pertama (mulai 1975)
Sistem
masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya, terdiri
dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi sinyal
listrik transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang,
berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat silika : sebagai
penghantar sinyal gelombang repeater : sebagai penguat gelombang yang
melemah di perjalanan receiver : mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal
listrik, berupa fotodetektor alat decoding : mengubah sinyal listrik
menjadi output (misal suara) Repeater bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula
ia mengubah sinyal gelombang yang sudah melemah menjadi sinyal listrik,
kemudian diperkuat dan diubah kembali menjadi sinyal gelombang. Generasi
pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi sebesar 10
Gb.km/s.
2. Generasi kedua (mulai 1981)
Untuk
mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi tipe mode
tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias teras.
Dengan sendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser, panjang
gelombang yang dipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi kedua
mampu mencapai kapasitas transmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar
daripada generasi pertama.
3. Generasi ketiga (mulai 1982)
Terjadi
penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser berpanjang
gelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya
dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai 1,6 mm.
Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus
Gb.km/s.
4. Generasi keempat (mulai 1984)
Dimulainya
riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang dipakai bukan modulasi
intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang sudah lemah
intensitasnya masih dapat dideteksi. Maka jarak yang dapat ditempuh, juga
kapasitas transmisinya, ikut membesar. Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah dapat
menyamai kapasitas sistem deteksi langsung. Sayang, generasi ini terhambat
perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi modulasi frekuensi
masih jauh tertinggal. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa sistem koheren ini
punya potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang akan datang.
5. Generasi kelima (mulai 1989)
Pada
generasi ini dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater
pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari sebuah
diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah serat optik dengan
doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat serat ini disinari diode lasernya,
atom-atom erbium di dalamnya akan tereksitasi dan membuat inversi populasi*,
sehingga bila ada sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam serat,
atom-atom itu akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi terangsang
(stimulated emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah akan
diperkuat kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan
penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap
perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik
dulu dan seterusnya seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat
optik ini kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembangannya
hanya dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitas transmisi sudah
menembus harga 50 ribu Gb.km/s.
6. Generasi keenam
Pada
tahun 1988 Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi soliton. Soliton
adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang gelombang.
Komponen-komponennya memiliki panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit, dan
juga bervariasi dalam intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-12 detik dan
dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang saling berdekatan, sehingga
sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan informasi yang terdiri dari
beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing). Eksperimen
menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang masing-masing
membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Cacah saluran dapat dibuat menjadi dua
kali lipat lebih banyak jika dibunakan multiplexing polarisasi, karena setiap
saluran memiliki dua polarisasi yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah
diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.
Cara
kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang
gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan
jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan
untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada
waktu sampai di receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan
yang ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa
penggabungan ciri beberapa generasi teknologi serat optik akan mampu menghasilkan
suatu sistem komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki kapasitas
transmisi yang sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya
yang jelas, dunia komunikasi abad 21 mendatang tidak dapat dihindari lagi akan
dirajai oleh teknologi serat optik.
B. Kelebihan Serat Optik
Dalam
penggunaan serat optik ini, terdapat beberapa keuntungan antara lain :
- Lebar jalur besar dan kemampuan dalam membawa banyak data, dapat memuat kapasitas informasi yang sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit-per detik dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa pengulangan
- Biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan yang lebih tinggi
- Ukuran kecil dan ringan, sehingga hemat pemakaian ruang
- Imun, kekebalan terhadap gangguan elektromagnetik dan gangguan gelombang radio
- Non-Penghantar, tidak ada tenaga listrik dan percikan api
- Tidak berkarat
C. Kabel Serat Optik
Secara
garis besar kabel
serat optik terdiri dari 2 bagian utama, yaitu cladding dan core.
Cladding adalah selubung dari inti (core). Cladding mempunyai indek bias
lebih rendah dari pada core akan memantulkan kembali cahaya yang
mengarah keluar dari core kembali kedalam core lagi. Dalam aplikasinya serat
optik biasanya diselubungi oleh lapisan resin yang disebut dengan jacket,
biasanya berbahan plastik.
Lapisan ini dapat menambah kekuatan untuk kabel serat optik, walaupun tidak
memberikan peningkatan terhadap sifat gelombang pandu optik pada kabel
tersebut. Namun lapisan resin ini dapat menyerap cahaya dan mencegah
kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya yang keluar dari selubung inti. Serta
hal ini dapat juga mengurangi cakap silang
(cross talk) yang mungkin terjadi.
Pembagian
serat optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan :
1.
Berdasarkan mode yang dirambatkan :
- Single mode : serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil (biasanya sekitar 8,3 mikron), diameter intinya sangat sempit mendekati panjang gelombang sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding selongsong (cladding). Bahagian inti serat optik single-mode terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan sejumlah kecil kaca Germania (GeO2) untuk meningkatkan indeks biasnya. Untuk mendapatkan performa yang baik pada kabel ini, biasanya untuk ukuran selongsongnya adalah sekitar 15 kali dari ukuran inti (sekitar 125 mikron). Kabel untuk jenis ini paling mahal, tetapi memiliki pelemahan (kurang dari 0.35dB per kilometer), sehingga memungkin kecepatan yang sangat tinggi dari jarak yang sangat jauh. Standar terbaru untuk kabel ini adalah ITU-T G.652D, dan G.657.
- Multi mode : serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini.
2.
Berdasarkan indeks bias core :
- Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yang homogen.
- Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan.
Pelemahan
Pelemahan (Attenuation) cahaya sangat penting
diketahui terutama dalam merancang sistem telekomunikasi serat optik itu
sendiri. Pelemahan cahaya dalam serat optik adalah adanya penurunan rata-rata
daya optik pada kabel serat optik, biasanya diekspresikan dalam decibel
(dB) tanpa tanda negatif. Berikut ini beberapa hal yang menyumbang kepada
pelemahan cahaya pada serat optic :
- Penyerapan
Kehilangan cahaya yang disebabkan adanya kotoran dalam serat optik. - Penyebaran (Scattering)
- Kehilangan radiasi (radiative losses)
Reliabilitas
dari serat optik dapat ditentukan dengan satuan BER (Bit error rate).
Salah satu ujung serat optik diberi masukan data tertentu dan ujung yang lain
mengolah data itu. Dengan intensitas laser yang rendah dan dengan panjang serat
mencapai beberapa km, maka akan menghasilkan kesalahan. Jumlah kesalahan
persatuan waktu tersebut dinamakan BER. Dengan diketahuinya BER maka, Jumlah
kesalahan pada serat optik yang sama dengan panjang yang berbeda dapat
diperkirakan besarnya.
Kode warna pada kabel serat optik
Selubung luar
Dalam
standarisasinya kode warna dari selubung luar (jacket) kabel serat optik
jenis Patch Cord adalah sebagai berikut:
Warna selubung
luar/jacket
|
Artinya
|
Kuning
|
serat optik single-mode
|
Oren
|
serat optik multi-mode
|
Aqua
|
Optimal laser 10 giga
50/125 mikrometer serat optik multi-mode
|
Abu-Abu
|
Kode warna serat optik multi-mode, yang tidak digunakan
lagi
|
Biru
|
Kadang masih digunakan
dalam model perancangan
|
Konektor
Pada
kabel serat optik, sambungan ujung terminal atau disebut juga konektor,
biasanya memiliki tipe standar seperti berikut:
- FC (Fiber Connector): digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam menghubungkan kabel dengan transmitter maupun receiver. Konektor ini menggunakan sistem drat ulir dengan posisi yang dapat diatur, sehingga ketika dipasangkan ke perangkat lain, akurasinya tidak akan mudah berubah.
- SC (Subsciber Connector): digunakan untuk kabel single mode, dengan sistem dicabut-pasang. Konektor ini tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat diatur secara manual serta akurasinya baik bila dipasangkan ke perangkat lain.
- ST (Straight Tip): bentuknya seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan konektor BNC. Sangat umum digunakan baik untuk kabel multi mode maupun single mode. Sangat mudah digunakan baik dipasang maupun dicabut.
- Biconic: Salah satu konektor yang kali pertama muncul dalam komunikasi fiber optik. Saat ini sangat jarang digunakan.
- D4: konektor ini hampir mirip dengan FC hanya berbeda ukurannya saja. Perbedaannya sekitar 2 mm pada bagian ferrule-nya.
- SMA: konektor ini merupakan pendahulu dari konektor ST yang sama-sama menggunakan penutup dan pelindung. Namun seiring dengan berkembangnya ST konektor, maka konektor ini sudah tidak berkembang lagi penggunaannya.
- E200
Selanjutnya
jenis-jenis konektor tipe kecil:
- LC
- SMU
- SC-DC
Selain
itu pada konektor tersebut biasanya menggunakan warna tertentu dengan maksud
sebagai berikut:
Warna Konektor
|
Arti
|
Keterangan
|
|
Biru
|
Physical Contact (PC), 0°
|
yang paling umum digunkan
untuk serat optik single-mode.
|
|
Hijau
|
Angle Polished (APC), 8°
|
sudah tidak digunakan
lagi untuk serat optik multi-mode
|
|
Hitam
|
Physical Contact (PC), 0°
|
||
Abu-abu,
|
Krem
|
Physical Contact (PC), 0°
|
serat optik multi-mode
|
Putih
|
Physical Contact (PC), 0°
|
||
Merah
|
Penggunaan khusus
|
||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar